Smart City
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Smart City
Perencanaan Smart
City adalah agenda
global sebagai respon
konseptual dan praktis
terhadap berbagai krisis
perkotaan di dunia
yang semakin
mengkhawatirkan, untuk mengembalikan
hubungan antara manusia,
ruang binaan dan ruang
alami yang lebih
harmonis, sehingga tidak
saling menyakiti. Melalui Smart
City, tujuan-tujuan pembangunan
perkotaan berkelanjutan dapat
dicapai secara sistematis dan bertahap dengan perspektif jangka panjang.
Asumsi dasar
yang digunakan sehingga
pemikiran mengenai Smart
City layak untuk dikedepankan menyangkut hal-hal berikut :
1.
Kota-kota Indonesia
perlu secara cermat
mengatasi persoalan ledakan penduduk perkotaan
akibat urbanisasi yang
brutal, tidak tertahankan, apabila kita berharap bahwa
kota-kota tersebut dapat menjadi layak huni di
masa mendatang. Salah
satunya adalah dengan
pengendalian jumlah penduduk dan
redistribusinya, serta peningkatan
kualitas pelayanan publik.
2.
Krisis
perkotaan dapat kita
hindari, sebagaimana yang
terjadi di kotakota
besar dan metropolitan
yang telah mengalami
obesitas perkotaan, apabila kita
mampu menangani perkembangan
kota-kota kecil dan menengah
secara baik, antara
lain dengan penyediaan
ruang terbuka hijau, pengembangan
jalur sepeda dan
pedestrian, pengembangan kota kompak, dan pengendalian penjalaran
kawasan pinggiran.
Smart city
dapat didefinisikan menjadi
6 dimensi, yaitu :
1. Smart Goverment( Pemenrintahan
Pintar)
- Smart Economy (Ekonomi Pintar )
- Smart Live (Hidup pintar)
- Smart Living(Lingkungan pintar)
- Smart People(Orang/Masyarakat
Pintar)
- Smart Mobility (Mobilitas
pintar)
Pengertian 6 Sumbu Utama Smart City
1. Ekonomi pintar (inovasi dan
persaingan) : maksudnya ini adalah semakina tinggi inovasi-inovasi baru yag
ditinkatkan maka akan menamnabah peluang usaha baru dan mningkatkan persaingan
pasar usaha/modal.
2. Mobilitas pintar (transportasi dan
infrastruktur) : Pengelolaan infrastruktur kota yang dikembangkan di masa depan
merupakan sebuah sistern pengelolaan terpadu dan diorientasikan untuk menjamin
keberpihakan pada kepentingan publik.
3. Masyarakat pintar (kreativitas dan
modal sosial) : Pembangunan senantiasa membutuhkan modal, baik modal ekonomi (economic
capital), modal manusia (human capital) maupun modal sosial (social
capital). Kemudahan akses modal dan pelatihan-pelatihan bagi UMKM dapat
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mereka dalam mengembangkan usahanya.
Modal sosial termasuk elemen-elemennya seperti kepercayaan, gotong royong,
toleransi, penghargaan, saling memberi dan saling menerima serta kolaborasi
sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi melalui
berbagai mekanisme seperti meningkatnya rasa tanggungjawab terhadap kepentingan
publik, meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian
masyarakat dan menurunnya tingkat kejahatan
4. Lingkungan pintar (keberlanjutan dan
sumber daya) : lingkungan pintar itu berarti lingkungan yang bisa memberikan
kenyamanan,Keberrlanjutan sumber daya,keindahan fisik maupun non fisik, visual
maupun tidak,bagi masyarakat dan publik.lingkngan yang bersih tertata, RTH yang
stabil merupakancontoh dari penerapan lingkungan yang pintar.
5. Cerdas hidup (kualitas hidup dan
kebudayaan) : Berbudaya, berarti bahwa manusia memiliki kualitas hidup yang
terukur (budaya). Kualitas hidup tersebut bersifat dinamis, dalam artian selalu
berusaha memperbaiki dirinya sendiri. Pencapaian budaya pada manusia, secara
langsung maupun tidak langsung merupakan hasil dari pendidikan. Maka kualitas
pendidikan yang baik adalah jaminan atas kualitas budaya, dan atau budaya yang
berkualitas merupakan hasil dari pendidikan yang berkualitas.
6. Pemerintahan yang cerdas
(pemberdayaan dan partisipasi). : Kunci utama keberhasilan penyelengaraan
pemerintahan adalah Good Governance. Yaitu paradigma, sistem dan proses
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang mengindahkan prinsip-prinsip
supremasi hukum, kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi, transparansi,
profesionalitas, dan akuntabilitas ditambah dengan komitmen terhadap tegaknya
nilai dan prinsip “desentralisasi, daya guna, hasil guna, pemerintahan yang
bersih, bertanggung jawab, dan berdaya saing”.
Enam
dimensi itu berhubungan dengan teori regional dan neoklasik pertumbuhan
dan pembangunan perkotaan
tradisional. Secara khusus,
dimensi tersebut didasarkan
pada daya saing
masing-masing daerah, seperti
transportasi, ICT, ekonomi,
sumber daya alam, social, pemerintahan, dan lain-lain.
Smart
city adalah sebuah impian dari hampir semua Negara di dunia. Dengan smart
city, berbagai macam
data dan informasi
yang berada di
setiap sudut kota
dapat dikumpulkan melalui
sensor yang terpasang
di setiap sudut
kota, dianalisis dengan aplikasi
cerdas, selanjutnya disajikan
sesuai dengan kebutuhan
pengguna melalui aplikasi yang
dapat diakses oleh berbagai jenis gadget. Melalui gadgetnya, secara interaktif
pengguna juga dapat
menjadi sumber data,
mereka mengirim informasi ke
pusat data untuk dikonsumsi oleh pengguna yang lain.
2.2
Konsep Smart City
Konsep smart city:
1.
Sebuah
kota berkinerja baik
dengan berpandangan ke
dalam ekonomi, penduduk,
pemerintahan, mobilitas, lingkungan hidup
2.
Sebuah
kota yang mengontrol
dan mengintegrasi semua
infrastruktur termasuk jalan, jembatan, terowongan, rel, kereta bawah
tanah, bandara, pelabuhan, komunikasi, air,
listrik, dan pengelolaan
gedung. Dengan begitu dapat
mengoptomalkan sumber daya
yang dimilikinya serta merencanakan pencegahannya. Kegiatan
pemeliharaan dan keamanan dipercayakan kepada penduduknya.
3.
Smart
city dapat menghubungkan
infrastuktur fisik, infrastruktur
IT, infrastruktur social, dan
bisnis infrastruktur untuk
meningkatkan kecerdasan kota.
4.
Smart city membuat kota lebih efisien
dan layak huni
5.
Penggunaan smart computing untuk membuat
smart city dan fasilitasnya
meliputi pendidikan, kesehatan,
keselamatan umum, transportasi
yang lebih cerdas, saling
berhubungan dan efisien.
Konsep smart
city awalnya diciptakan
oleh perusahaan IBM.
Sebelumnya berbagai nama sempat dibahas para ahli dunia dengan nama digital city
atau smart city. Intinya
smart city ini
menggunakan teknologi informasi
untuk menjalankan roda kehidupan kota yang lebih efisien. Versi
IBM, smart city adalah sebuah kota yang
instrumennya saling berhubungan dan berfungsi cerdas.
2.3
Faktor – factor yang Mempengaruhi
Terwujudnya Smart City
Banyak faktor
yang membuat smart
city ini menjadi
sukses di beberapa negara berkembang, selain inisiatif
yang membuat smart city ini berhasil faktor lain yaitu :
1.
Manajemen dan Organisasi
2.
Teknologi
3.
Pemerintahan
4.
Kebijakan
5.
Masyarakat
6.
Ekonomi
7.
Infrastruktur dan,
8.
Lingkungan
1.
Manajemen dan Organisasi
Suatu
organisasi harus memiliki manajemen yang terstruktur agar organisasi tersebut
berjalan baik, seimbang
dan lancar. Dalam
hal ini factor
organisasi dan manajemem merupakan
factor yang menentukan
kemajuan terciptanya smart
city, karena manusia yang
membuat tujuan dan
manusia pula yang
melakukan proses untuk mencapai
tujuan.
2.
Teknologi
Sebuah smart
city sangat bergantung
pada smart computing.
Smart computing mengacu pada generasi baru hardware, software dan
jaringan teknologi yang menyediakan
system IT yang real-time. Dengan analisis yang baik dan secara mendalam
dapat membantu penduduk
membuat keputusan yang
lebih pintar yang
diiringi dengan tindakan yang dapat mengoptimalkan proses bisnis.
Teknologi informasi merupakan
sebuah pendorong utama bagi inisiatif smart
city. Proyek pembangunan
smart city dengan
mengacu pada teknologi
informasi dapat mengubah
sejumlah peluang yang
potensial, mereka dapat
meningkatkan manajemen dan
fungsi kota. Namun,
meskipun banyak manfaat
dari teknologi tersebut dampaknya
masih belum terlihat jelas, karena terdapat kesenjangan social bagi penduduk
yang tinggal di pedesaan yang belum mendapatkan fasilitas tersebut.
Maka dari itu pemerintah
kota harus banyak
mempertimbangkan faktor-faktor
tertentu ketika mengimplementasikan teknologi
informasi yang berkaitan
dengan sumber daya, kapasitas,
dan hal-hal yang
berkaitan dengan kesenjangan
social nantinya.
3.
Pemerintahan
Beberapa kota di Negara berkembang
sudah memulai proyek pembangunan smart
city yang inisiatif. Proyek ini disebut inisiatif smart city untuk melayani
warga dan untuk meningkatkan
kualitas hidup mereka.
Dengan demikian, beberapa
kota telah merasakan peningkatan kebutuhan pemerintahan untuk mengelola
proyek. Dukungan dari pemerintah
juga merupakan salah
satu factor yang
penting untuk kemajuan smart
city. Karena tanpa
dukungan pemerintah impian
untuk
mewujudkan smart city akan sulit untuk diwujudkan.
4.
Kebijakan
Perpindahan dari
sebuah kota biasa
menjadi smart city
memerlukan interaksi komponen teknologi dengan politik dan kelembagaan.
Komponen politik mewakili berbagai
elemen dan tekanan
eksternal, seperti kebijakan
politik yang mungkin mempengaruhi
ide dari pembuatan
smart city. Konteks
kebijakan sangat penting bagi
pemahaman dari penggunaan
system informasi. Pemerintah
yang inovatif yang ikut serta dalam membangun smart city menekankan perubahan
dalam suatu kebijakan.
5.
Masyarakat
Masyarakat merupakan
bagian penting dari
terciptanya smart city,
karena dengan demikian kebiasaan-kebiasaan yang dulu mulai ditinggalkan.
Proyek smart city berdampak pada
kualitas hidup warga dengan tujuan menjadikan sebuah kota menjadi lebih
efisien. Masyarakat juga
dituntut untuk ikut
berpartisipasi dalam
pengelolaan dan penyelenggaraan kota,
serta menjadi pengguna
kota yang aktif. Masyarakat juga adalah factoryang
paling menentukan keberhasilan atau kegagalan terciptanya smart city.
6.
Ekonomi
Faktor ekonomi
merupakan pendorong utama
smart city. Sebuah
kota dengan daya
saing ekonomi yang
tinggi dianggap memiliki
salah satu sifat
smart city. Faktor ekonomi
termasuk salah satu
daya saing inovasi,
kewirausahaan, dan produktivitas
dari kota tersebut.
7.
Infrastruktur
Infrastruktur
memegang peranan penting dalam membuat smart city. Karena smart city
dibangun berdasarkan infrastruktur
ICT seperti wi-fi
dan hotspot. Pembangunan infrastuktur
ICT merupakan hal
yang mendasar dalam
melakukan pembangunan smart city.
Pembangunan infrastruktur tergantung
pada beberapa factor yang terkait
untuk kinerja dan ketersediannya.
8.
Lingkungan
Factor lingkungan
dianggap sebagai factor
yang mempengaruhi kemajuan
smart city karena nantinya lingkungan sebuah kota menggunakan teknologi
dalam menjalani kelangsungan hidup masyarakatnya
2.4 Tujuan Smart City
Tujuan dari
konsep smart city ini adalah untuk mengatasi berbagai karakteristik
inovasi ekosistem oleh semua gagasan smart city diantaranya menjadi
kota hijau, saling berhubungan, terpadu untuk semua lapisan dan bentuk kota.
Perencanan smart city menggunakan model referensi untuk menentukan
konsep tata letak kota yang cerdas dan berkarakter. Smart city ini
pada intinya memiliki 6 dimensi yaitu ekonomi yang cerdas, mobilitas cerdas,
lingkungan pintar, orangnya cerdas, cerdas dalam hidup dan akhirnya pemerintahan
yang cerdas pula. Konseptual Smart city dapat digunakan juga untuk
evaluasi kemampuan inovatif pererencanaan kota. Selain itu model ini juga dapat
untuk sinkronisasi dan pengoptimalan kota investasi dalam ekonomi dan
broadband.
Tujuan utama
dari pembangunan sebuah “Kota Pintar” (Smart City) adalah bagaimana kita
melestarikan lingkungan, meningkatkan daya saing ekonomi dan membangun
masyarakat yang madani. Institut investasi Indonesia (3i) bersama Federasi
Pembangunan Perkotaan Indonesia (FePPI), Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh
Indonesia (APEKSI) dan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI)
berkepentingan untuk memulai kampanye pembangunan perkotaan di Indonesia agar
menjadi lebih cerdas dan lebih sukses, sebuah “Kota Pintar” yang mampu mendukung
masyarakatnya untuk hidup makmur, adil dan sejahtera.
2.5 Contoh
Fasilitas Kota Berkonsep Smart City
Teknologi
modern serta perencanaan kota yang ramah lingkungan telah menghasilkan sejumlah
inovasi baru. Banyak kota besar di dunia berusaha meningkatkan keseimbangan
secara berkelanjutan, yang akan menjadi daya tarik kota itu sendiri. Berbagai
macam inovasi berkembang ke berbagai unsur layanan kota pintar. Berikut adalah
contoh dari fasilitas kota dengan konsep “Smart City”
- Perumahan dan Gedung Perkantoran
Untuk
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dalam pengoperasian bangunan dan
konstruksi, di beberapa kota telah dilakukan perbaikan pada infrastruktur serta
sertifikasi bangunan untuk mengurangi penggunaan listrik dan air. Penggunaan
“smart metering” dan “smart building” teknologi membantu memaksimalisasi
kontrol penggunaan.Pengaturan kode etik dalam proses pembangunan, standarisasi
dan sertifikasi adalah salah satu cara penting untuk menciptakan bangunan yang
ramah lingkungan. Banyak kota telah menjalankan program pengawasan kodeetik dan
standar dalam proses pembangunan dan renovasi gedung.
- Pengelolaan sumber daya alam
Dalam hal
pasokan dasar sumber daya alam, banyak kota yang bekerja keras untuk mengurangi
intensitas karbon dari energi yang digunakan masyarakat serta meningkatkan
efektifitas, efisiensi pasokan dan jaringan distribusi.Berbagai sumber energi
terbarukan seperti energi tenaga air, angin, sampah, ombak, matahari, dan panas
bumi akan menjadi sumber energi penting. Pada tahun 2010, lebih dari 100 negara
telah menetapkan target untuk energi terbarukan, naik dari hanya 55 negara pada
tahun 2005. Sampai tahun 2020 penggunaan energi terbarukan ditargetkan sekitar
15% hingga 25%, tetapi ada beberapanegara sudah melampaui target ini
- Kesehatan dan keselamatan
Teknologi
informasi dan telekomunikasi secara inovatif telah mengubah kemampuan kota
untuk menyediakan.pelayanan kesehatan jarak jauh kepada masyarakat, terutama
masyarakat yang tinggal di panti jompo dan daerah terpencil.Penerapan teknologi
modern merupakan bagian terpenting dari proyek ini.Beberapa pasien dilengkapi
dengan perangkat yang dapat mengukur tekanan darah dan glukosa darah secara
otomatis, menggunakan sebuah televisi “set-top box” yang berfungsi sebagai
computer yang mampu meng-upload hasil tes ke Service Center Telecare.Para
perawat kemudian menganalisa hasil diagnosa tersebut dan merekomendasikan
perawatan yang diperlukan.Salah satu manfaat dari program ini adalah bahwa
pasien tidak harus meninggalkan tempat tinggalnya untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dasar.
- Pendidikan dan budaya
Model
pelayanan pendidikan pada kota pintar (Smart City) baik negeri maupun swasta,
diterapkan terutama menggunakan teknologi modern. Termasuk penyediaan fasilitas
untuk kegiatan rekreasi dan kebudayaan seperti :musik, teater, olahraga dan
kegiatan rekreasi lainnya. Tidak kalah pentingnya, pendidikan dalam konteks
Kota Pintar (Smart City) adalah kebutuhan untuk melibatkan masyarakat dalam
proses pendidikan, dimana akan terjadi perubahan perilaku untuk menjadi lebih
baik sehingga dapat meningkatkan keseluruhan aspek keberlanjutan dan kesehatan
lingkungan kota.
2.5 Faktor-faktori
Pertimbangan Perencanaan Smart City
Berikut
ini adalah beberapa faktor yang penting untuk dipertimbangkan saat merencanakan
sebuah kota menjadi Smart City.
1.
Mendorong dan mengembangkan pola
baru struktur
kepemimpinan
dan tata kelola Kota dan para pelaku usaha harus dapat bekerjasama dalam memperjuangkan
konsep Smart City, menyikapi tantangan dengan bijaksana untuk mendapatkan
keberhasilan dalam melayani masyarakat. Pemimpin Kabupaten/Kota perlu
kepercayaan dan dukungan dari mitra usaha; demikian juga sebaliknya, para
pelaku usaha membutuhkan dukungan dari
2.
Para pemimpin kota.
Bekerjasama
dengan melibatkan semua pihakUntuk berhasil melaksanakan misi sebagai Kota
pintar, Pemimpin Kabupaten/Kota harus dapat bekerjasama menyelaraskan
kepentingan dan tujuan dari berbagai sektor, lembaga masyarakat, sektor swasta
dan seluruh komponen masyarakat.
3.
Membangun dan menggunakan infrastruktur
pintar
Pemimpin Kabupaten/Kota harus mulai menjajaki teknologi dan
konsep infrastruktur yang modern, terintegrasi dan pintar. Dengan menghadiri
Konferensi dan pameran teknologi di seluruh dunia sehingga memiliki pengetahuan
dan menimba pengalaman dari berbagai kota di negara lain sehingga akan lebih
mudah untuk memulai inisiatif pembangunan kota pintar di daerahnya.
4.
Mempersiapkan model pembiayaan yang
mampu
Menjawab
tantangan dan peluang ke depanModel standar pembiayaan investasi infrastruktur konvensional
biasanya tidak memadai dalam membangun sebuah kota pintar, sehingga diperlukan
model dan pendekatan baru. Misalnya, menggunakan tabungan dari teknologi dengan
model jatuh tempo seperti smart meter, bisa mendanai penelitian teknologi lainnya
dan pengembangan bersama berbagai bagian dari infrastruktur pintar.